Critical Review Buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” Karya A. Daliman
CRITICAL REVIEW
BUKU “SEJARAH
INDONESIA: ABAD XIX-AWAL ABAD XX”
KARYA A.
DALIMAN
Oleh
Muhamad Sidik, S.Hum.
A.
PENDAHULUAN
Secara
etimologis, istilah historiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata, yaitu historia yang berarti
penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein
yang berarti gambaran, tulisan, atau uraian. Dalam perkembangan selanjutnya,
historiografi menurut istilah diartikan sebagai pengkajian tentang karya-karya
sejarah yang pernah ditulis. Dalam pengertian ini sering dikatakan sebagai
sejarah dari sejarah atau sejarah dari penulisan sejarah, artinya pengkajian
perkembangan penulisan sejarah.[1]
Dalam pengkajian
perkembangan penulisan sejarah yang dipelajari dapat di-kategorikan menjadi 3 macam, yaitu historiografi Barat, Islam,
dan Indonesia. Pertama, historiografi
Barat mempelajari perkembangan penulisan sejarah di dunia Barat dari zaman
Herodotus, hingga Lucien Febvre dan Marc Bloch.[2] Kedua, historiografi Islam membahas
perkembangan penulisan sejarah di dunia Islam mulai dari zaman ath-Thabari
hingga berpuncak pada Ibnu Khaldun. Ketiga,
historiografi Indonesia membahas tentang perkembangan penulisan sejarah di
Nusantara mulai dari zaman klasik (tradisional), kolonial, dan nasional.[3]
Salah satu dari
karya historiografi Indonesia yang tergolong historiografi kolonial adalah
sebuah buku berjudul “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” yang ditulis oleh A. Daliman. Buku
tersebut itulah yang menjadi fokus critical review dalam tulisan ini.
B. PEMBAHASAN
1.
Identitas
Buku
Buku
yang berjudul “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal
Abad XX” merupakan buku yang membahas sejarah perkembangan dan
perubahan-perubahan sistem politik kolonial dan administrasi pemerintahan
Hindia Belanda selama periode abad ke-19 hingga awal abad ke-20, sehingga
memperoleh bentuk yang telah mendekati sistem pemerintahan suatu negara
sebagaimana ia harus meninggarlkan Indonesia pada akhir penjajahannya pada
1942. Buku ini ditulis oleh A. Daliman. Buku setebal 135 halaman ini diterbitkan
tahun 2012 oleh penerbit Ombak di Yogyakarta.
2.
Identitas
Penulis
Penulis
buku ini, Prof. A. Daliman, M. Pd, dilahirkan di Sleman, Yogyakarta pada 8
Januari 1942. Pendidikan terakhirnya adalah Pascasarjana Pendidikan, Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) 1984-1987 dan “Refresher
Courses And Faculty Workshop” Of The University Of Lowa pada 15 Juni hingga
15 Desember 1997. Ia juga menjadi dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sejak 1
Maret 1980 dan diangkat sebagai guru besar FISE UNY pada 1 Juli 2001 dan
pensiun mulai 1 Februari 2008 dan diangkat pula sebagai Guru Besar Emiritus.
Pengalaman
mengajar A. Daliman meliputi Sejarah Indonesia Madya, Manusia dan Sejarah,
Sejarah Abad XIX, Filsafat Sejarah, Evaluasi Pembelajaran Sejarah, dan
Statistika. Ia telah banyak menulis beberapa buku, diantaranya adalah Pengantar Ilmu Sejarah (2012), Metode Penelitian Sejarah (2102), Upacara Garebek di Yogyakarta: Arti dan Sejarahnya
(2012), Makna Sengkalan (2012), Islamisasi dan Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara (Mei 2012), dan Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX (2012).
3.
Isi
Buku
Isi
dari buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” karya ini terdiri dari VII
bab, yaitu:
a.
Bab
I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai periode abad ke-19
hingga awal abad ke-20 yang merupakan periode puncak kekuasaan pemerintahan
Hindia Belanda, namun juga sekaligus merupakan puncak penderitaan rakyat
Indonesia sebagai akibat sistem eksploitasi kolonialnya. Pada masa-masa itu,
Hindia Belanda telah memperoleh bentuk, baik wilayah kekuasaan maupun sistem
pemerintahanannya.
Pembentukan wilayah kekuasaan dan pemerintahan imperium Hindia
Belanda berkembang melalui tiga tahap, yaitu Pertama, pada masa VOC
(1602-1798), saat negeri Belanda di bawah Republik Federal yang didominasi oleh
para aristokrat dagang. Kedua, pada
masa peralihan (1795-1800) negeri Belanda diduduki oleh tentara revolusioner
Perancis, dan Republik Liberal diubah yang berdampak pula terhadap Indonesia
sebagai jajahannya. Ketiga, masa
Hindia Belanda (1800-1942), sejak 1 Januari 1800 secara resmi Indonesia berstatus
wilayah kekuasaan Pemerintah Kerajaan Belanda.
b.
Bab
II Perubahan-Perubahan Politik Kolonial (1800-1830)
Pada
bab ini dijelaskan mengenai peralihan menuju abad ke-19 yang ditandai dengan
adanya awal perubahan-perubahan penting dalam arah dan isi kebijakan kolonial
di Indonesia. Perubahan-perubahan politik yang cepat ini menimbulkan perdebatan
mengenai kebijakan kolonial dan saran-saran mengenai bentuk-bentuk pembaharuan
yang mana yang harus diambil.
Dalam
kurun waktu 1800-1830 terjadi beberapa fase perubahan seperti misanya pada masa
Daendels dengan kebijakannnya yang sentralistis (1808-1811). Prestasi terbesar
Daendels adalah pembaharuan administrasi yang tidak efisien dan korup yang
diwariskan oleh Kumpeni. Selanjutnya tahun 1811-1816 wilayah Indonesia sempat
diduduki Inggris di bawah Raffles dan kembali mengubah kebijakan, seperti dalam
sistem sewa tanah. Pada periode ini diletakan dasar-dasar kebijakan ekonomi.
Tahun 1816 dan selanjutnya, wilayah Indonesia kembali dikuasai oleh pemerintah
kolonial Belanda.
c.
Bab
III Sistem Tanam Paksa (1830-1870)
Pada
bab ini menjelaskan tentang sistem tanam paksa. Mulai dari motifnya sendiri,
yaitu karena kesulitan finansial yang dihadapi pemerintah Belanda sebagai
akibat perang Jawa (1825-1830) dan perang Belgia (1830-1831) di Negeri Belanda.
Sistem tanam paksa ini terjadi pada masa Van Den Bosch. Dasar-dasar ketentuan
sistem tanam paksa termuat dalam Staatblad
No. 22 Tahun 1934.
Pelaksanaan
tanam paksa ini mengakibatkan beban penderitaan rakyat yang sangat besar.
Selain bekerja bagi tanam paksa, rakyat juga masih berkewajiban melaksanakan rodi. Ada tiga macam rodi, yaitu rodi untuk pemerintah, untuk kepala dan untuk desanya. Sebaliknya,
pelaksanaan sistem tanam paksa ini membawa keuntungan yang sangat besar bagi
negeri Belanda. Maksud dari tanam paksa untuk mengisi kas kosong negeri Belanda
terpenuhi. Tercatat keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu 1832-1867
mencapai 967 juta gulden.
d.
Bab
IV Sistem Kolonial Liberal (1870-1900)
Pada
bab ini menjelaskan periode sejarah Indonesia tahun 1870-1890 yang sering
disebut sebagai masa liberalisme. Pada periode tersebut untuk pertama kalinya
dalam sejarah kolonial di Indonesia kepada kaum pengusaha dan modal swasta
diberikan peluang sepenuhnya untuk menanamkan modalnya dalam berbagai usaha
kegiatan di Indonesia terutama dalam industri-industri perkebunan besar baik di
Jawa maupun di daerah-daerah luar Jawa.
Dalam
masa ini pembukaan perkebunan-perkebunan besar ini dimungkinkan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische
Wet) tahun 1870. Di satu pihak Undang-Undang Agraria ini bertujuan
melindungi petani Indonesia dari kehilangan hak milik atas tanah mereka
terhadap orang-orang asing, dan di lain pihak undang-undang tersebut membuka
peluang bagi orang-orang asing untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia bagi
kepentingan usaha-usaha perkebunan. Demikianlah sejak tahun 1870,
industri-industri perkebunan Eraopa mulai masuk ke Indonesia.
e.
Bab
V Sistem Politik Kolonial Etis (1900-1922)
Pada
bab ini menceritakan tantang politik etis yang gagasan dasarnya berasal dari
tulisan Van de Venter. Dalam tulisan itu dikemukakan bahwa kemakmuran negeri
Belanda diperoleh karena kerja keras rakyat Indonesia. Bangsa Belanda haruslah
membayar hutang budi itu dengan menyelenggarakan trilogi, yaitu irigasi, transmigrasi dan edukasi. Nampaknya
pemerintah Belanda menanggapi gagasan tersebut yang tercerminb dalam pidato
Ratu Wilhelmina untuk menanggulangi keadaan buruk ekonomi rakyat. Tetapi,
pemerintah Belanda lebih memandang politik etis ini sebagai politik paternalistik, yakni pemerintah
berkewajiban mengurus kepentingan anak negerinya tanpa mengikut sertakannya.
Sebagai
reaksi terhadap politik etis yang tetap melanggengkan sistem kolonial liberal
dan imperialisme modern telah melahirkan nasionalisme Indonesia yang kemudian
menjelma ke dalam pergerakan nasional yang modern yang berjuang dalam dua
dimensi. Di satu pihak hendak mengembangkan perjuangan yang masih bersifat
kedaerahan menjadi suatu perjuangan nasional yang mencakup seluruh bangsa
dengan tekad dan perjuangan bersama untuk membebaskan diri dari kemiskinan dan
kesengsaraan. Nasionalisme Indonesia ini menuju terbentuknya negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
f.
Bab
VI Sistem Administrasi Pemerintahan Hindia Belanda (1922-1940)
Pada
bab ini membahas tentang sistem dan struktur pemerintahan Hindia Belanda
melalui dasar-dasar pelaksanaan pemerintahan Hindia Belanda yang bersumber pada
UUD Negeri Belanda tahun 1922 yang diamandemen tahun 1929, 1935, dan 1938.
Menurut UUD tersebut Hindia Belanda menjadi bagian dari kerajaan Belanda yang
mencakup daerah-daerah Negeri Belanda, Hindia Belanda, Suriname, dan Curasao.
Kedudukan pemerintahan dan perundang-undangan Hindia Belanda berada di tangan Raja
yang dilaksanakan oleh menteri jajahan atas nama raja dengan bertanggungjawab
kepada parlemen Belanda. Sedangkan pemerintahan umum diselenggarakan Gubernur
Jenderal atas nama raja.
Pejabat
dan perangkat pemerintahannyua terdiri dari pemerintah pusat yang meliputi Gubernur
Jenderal, Dewan Hindia Belanda, Departemen-Departemen. dan Dewan Rakyat
(Volksraad). Sedangkan pemerintahan lokal terdiri dari beberapa provinsi di
bawah seorang gubernur. Tiap provinsi terbagi beberapa keresidenan (afdeling) yang dikepalai seorang
residen. Tiap keresidenan terdiri dari 2 sampai 6 kabupaten yang masing-masing
dikepalai bupati. Di bawah kabupaten terdapat distrik yang dikepalai oleh
kepala distrik (wedana) yang di
bawahnya terdapat beberapa sub-distrik yang dipimpin kepala sub-distrik (asisten wedana). Dan di dalam
sub-distrik terdapat komunitas pribumi yang lebih dikenal dengan desa.
g.
Bab
VII Perlawanan Rakyat Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme (1830-1900)
Penetrasi kekuasaan Belanda yang semakin
mendalam dan merambah hampir di seluruh bidang kehidupan, baik di bidang
politik dan sosial-ekonomi maupun sosial-budaya dan kegamaan, menimbulkan
reaksi dan konfrontasi dari rakyat yang bahkan menghadapinya dengan kekuatan
senjata. Tampillah para pemuka pribumi untuk menggerakkan rakyat guna melakukan
perlawanan terhadap penjajahan dan kekuasaan asing
Pergolakan-pergolakan
rakyat melawan penjajah terdiri dari dari perlawanan yang bersifat kedaerahan
(1830-1870), seperti Perang Diponegoro, perlwanan Pattimura, Perang Padri, dan
sebagainya. Selanjutnya perlawanan yang didasari revivalisme keagamaan
(1870-1900) meliputi ikatan-ikatan keluarga antara guru-guru agama, ulama,
syaikh tarekat dan lain sebagainya. Dan yang terkini berupa perlawanan yang
bersifat reformisme dan modernisme Islam, seperti yang dilakukan Haji
Abdulkarim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, Syekh Muhammad Jamil Jambek, dan KH.
Ahmad Dahlan.
4.
Analisis
dan Critical Review
a.
Sudut
Pandang Penulis
Dilihat
dari sudut pandang penulis buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX”,
yaitu A. Daliman. Kritik ditujukan terhadap penulisnya karena tidak diketahui apakah
penulis buku tersebut dididik berdasarkan keilmuan sejarah. Guru besar yang
disandangnya pun tak diketahui pulai spesialisasi kelimuannya.
Namun
demikian, penulis buku ini banyak bergelut dengan dunia sejarah ketika menjadi
seorang pengajar. Di samping pula banyak sekali karya-karya lain dari A.
Daliman sebagai penulis buku ini dalam bidang sejarah, termasuk buku tentang
metode penelitian sejarah sehingga tampaknya penulis buku itu sangat memahami
bidang keilmuan sejarah.
b.
Sudut
Pandang Sumber
Sumber
yang digunakan dalam penulisan “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” yang
dicantumkan terdiri dari 24 sumber berupa buku yang ditulis oleh orang
Indonesia maupun asing dimana sumber buku asing lebih banyak digunakan
dibanding dengan yang ditulis orang Indonesia. Hal ini tentu akan mempengaruhi
pandangan sejarah dalam buku ini, terlebih apabila sumber asing yang dikutip
dalam penyusunan buku ini bersifat Nederlandosentris
atau Europasentris.
Di
samping itu, kritik sumber juga ditujukan mengenai ketiadaan arsip-arsip
peninggalan Belanda dalam penyusunan buku ini. Padahal bahasan buku ini yang
menjelaskan mengenai sejarah Indonesia abad ke-19 hingga awal abad ke-20
semestinya banyak menggunakan arsip-arsip belanda yang lebih otentik bila
dibandingkan dengan mengutip dari buku-buku sekunder. Ditambah lagi,
sumber-sumber yang dicantumkan dalam buku tidak diketahui bagian mana yang
dirujuk ataupun dikutip karena ketiadaan footnote
atau catatan kaki dan in note yang
menjelaskan bagian mana yang dirujuk atau dikutipnya.
c.
Sudut
Pandang Isi Buku
Dilihat
dari isi buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” ini merupakan
historiografi kolonial yang ditulis oleh orang Indonesia di era kontemporer
sehingga penafsirannya tentu berbeda dengan historiografi yang ditulis oleh
orang Belanda atau orientalis lainnya yang memiliki sifat Europasentris dan Nederlandosentris
dalam penulisan karyanya.
Jika
dianalisis isi dan pembahasan buku ini, penulisnya terlihat memadukan dua
konsep sekaligus, yakni sistem politik kolonial dan sistem administrasi
pemerintahan Hindia Belanda pada periode abad ke-19 hingga awal abad ke-20,
karena memang kedua konsep tersebut memiliki hubungan yang erat dan
komplementer. Secara prosesual buku ini berisikan sejarah perkembangan dan
perubahan-perubahan sistem politik kolonial dan administrasi pemerintahan
Hindia Belanda periode abad ke-19 dan ke-20 dimana periode tersebut merupakan
klimaks dan antiklimaks bagi sistem politik kolonial Belanda. Pada periode
inilah puncak-puncak kekuasaan kolonial Belanda dengan segala bentuk sistem
eksploitasinya telah tercapai, namun juga sekaligus tak dapat dipertahankan lebih
lama karena harus menghadapi tuntutan-tuntutan dari perjuangan paham yang lebih
humanitarian dan timbulnya
gerakan-gerakan protonasionalis.
d.
Sudut
Pandang Metode
Seperti
yang diketahui bahwa dalam menulis sebuah karya sejarah atau historiografi
hendaknya menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah atau metode penelitian
sejarah yang melalui 4 tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan
historiografi. Seorang penulis sejarah atau sejarawan yang terdidik dalam
bidang sejarah tentu tak asing metode penelitian tersebut. Akan tetapi, untuk
seorang yang tidak terdidik dalam keilmuan sejarah, tentunya dalam penulisan
sebuah karya sejarah yang dihasilkannya patut dipertanyakan seperti apa metode
yang digunakannya tersebut.
Sementara
yang terjadi dalam buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” karya A.
Daliman adalah tidak diketahui apakah penulisnya terdidik dalam bidang sejarah
atau tidak. Hanya saja dalam beberapa karyanya banyak yang tergolong bidang
sejarah, terlebih dalam salah satu bukunya berjudul “Metode Penelitian sejarah”
sehingga hal ini sangat dimungkinkan bahwa penulis buku ini sudah sangat
memahami metode sejarah yang dipergunakannya dalam penulisan sebuah karya
sejarah, termasuk buku ini. Hal ini tampak terlihat pula dalam perincian
bab-babnya yang tersusun berdasarkan kronologi waktu yang bersifat diakronik
dan logis berdasarkan zaman peristiwa saat itu.
Khusus
dalam penulisan buku ini dalam hal heuristik atau pengumpulan sumber, ketiadaan
sumber-sumber arsip peninggalan Belanda dalam penyusunannya tentu menjadi
sebuah kekurangan besar bagi kesempurnaan buku ini. Terlebih yang dibahas
adalah sejarah Indonesia periode abad ke-19 dan awal abad ke-20 berkenaan
dengan sistem politik kolonial dan administrasi pemerintahan Hindia Belanda,
sehingga keberadaan sumber arsip peninggalan Belanda seharusnya menjadi mutlak
penggunaannya sebagai sumber primer dalam penyusunannya ini.
C.
KESIMPULAN
Buku
yang berjudul “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” merupakan buku yang
membahas sejarah Indonosia dalam sistem politik kolonial dan sistem
administrasi pemerintahan Hindia Belanda pada periode abad ke-19 hingga awal
abad ke-20. Buku ini ditulis oleh A. Daliman. Buku setebal 135 halaman ini
diterbitkan tahun 2012 oleh Penerbit Ombak di Yogyakarta. A. Daliman sendri
merupakan guru besar bidang Emiritus dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Isi
dari buku ini terdiri dari VII bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Perubahan-Perubahan
Politik Kolonial (1800-1830), Bab III Sistem Tanam Paksa (1830-1870), Bab IV
Sistem Kolonial Liberal (1870-1900), Bab V Sistem Politik Kolonial Etis
(1900-1922), Bab VI Sistem Administrasi Pemerintahan Hindia Belanda (1922-1940),
Bab VII Perlawanan Rakyat Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme (1830-1900).
Adapun analisis dan Critical Review terhadap buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” dapat dilihat dari berbagai aspek dan sudut pandang, diantaranya: a) Sudut pandang penulis, yaitu A. Daliman yang merupakan seorang guru besar dan benyak menulis karya-karya sejarah, meskipun tidak diketahui latar belakang keilmuannya dalam bidang apa spesialisasinya; b) Sudut pandang sumber, yang digunakan berupa 24 buku yang ditulis oleh orang Indonesia dan asing, namun tidak terdapat sumber arsip Belanda yang seharusnya menjadi sumber primernya; c) Sudut pandang isi buku, penulis buku ini terlihat memadukan dua konsep sekaligus, yakni sistem politik kolonial dan sistem administrasi pemerintahan Hindia Belanda pada periode abad ke-19 hingga awal abad ke-20, karena memang kedua konsep tersebut memiliki hubungan yang erat dan komplementer; d) Sudut pandang metode, tampak bahwa penulis buku ini telah sangat memahami metode sejarah dikarenakan salah satu karya membahas metode penelitian sejarah. Hanya saja dalam heuristik buku ini, ketiadaan sumber arsip belanda menjadi kekurangan besar dalam penulisannya.
D.
DAFTAR
SUMBER
Daliman, A.
2012. Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal
Abad XX. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Herlina, Nina
Lubis. 2008. Historiografi Barat. Bandung:
Satya Historika.
Herlina, Nina
Lubis. 2009. Historiografi Indonesia dan
Permasalahannya. Bandung: Satya Historika.
Iryana, Wahyu.
2014. Hsitoriografi Barat. Bandung:
Humaniora.
Yatim,
Badri. 1997. Historiografi Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
[1] Nina H. Lubis,
Historiografi Indonesia dan Permasalahannya,
(Bandung: Satya Historika, 2009), hlm. 8-9
[2] Nina H. Lubis, Historiografi
Barat, (Bandung: Satya Historika, 2008), hlm. 11-14. Lihat pula Wahyu
Iryana, Hsitoriografi Barat,
(Bandung: Humaniora, 2014), hlm. 2-3.
[3] Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta; Logos
Wacana Ilmu, 1997), hlm. 113.
Tidak ada komentar untuk "Critical Review Buku “Sejarah Indonesia: Abad XIX-Awal Abad XX” Karya A. Daliman"
Posting Komentar